Sistem pertanian terpadu merupakan penggabungan semua komponen pertanian dalam suatu sistem usaha pertanian terpadu. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan. Di Indonesia model ini masih sebatas wacana karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat dan diperlukan modal yang cukup tinggi. Padahal usaha ini sangat cocok dilakukan di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan limpahan sinar matahari sepanjang tahun dan curah hujan tinggi. Beberapa diversifikasi pertanian terpadu seperti minapadi dan longyam mengadopsi model pertanian terpadu.
Salah satu sistem pertanian terpadu pada kegiatan budidaya tanaman tebu adalah dengan mengintegrasikannya dengan peternakan sapi. Selain itu, dapat dikembangkan lagi dengan melibatkan peternakan cacing tanah dan produksi biogas. Hasil kegiatan budidaya tebu akan memberikan sisa hasil berupa ampas tebu, tetes dan daun saat panen. Ampas tebu selain digunakan sebagai bahan bakar pemasak di pabrik gula juga dapat digunakan untuk briket, bahan baku pulp, bahan kimia (xylitol,methanol dan metana) dan bioetanol melalui fermentasi.
Tetes tebu merupakan sumber energi bagi pakan ternak. Penambahan 5% tetes tebu dalam pakan akan menaikkan berat badan sapi karena meningkatkan jumlah energi dalam pakan dan cita rasa. Pada industri pakan, tetes tebu juga digunakan sebagai pembentuk pellet (pellet binder).
Pada sistem ini kotoran sapi juga berfungsi sebagai media pembiakkan cacing tanah dan bahan baku biogas. Pembiakkan cacing tanah dilakukan 40 hari kemudian dapat dipanen. Media pembiakkan cacing tanah juga bernilai ekonomi dan disebut vermikompos. Dari 100 kg media pembiakkan dapat diperolah 70 kg vermikompos. Vermikompos mengandung phosphor (0,6 – 0.7%), kalium (1,6 – 2,1%),nitrogen total (1,4 – 2,2%), C/N rasio (12,5 – 19,2), magnesium (0,4 – 0,95%), calsium (1,3 – 1,6%), pH 6,5 – 6,8 dan kandungan bahan organik 40,1 – 48,7%. Vermikompos dan pupuk kompos dari biogas dapat digunakan untuk pupuk bagi tanaman tebu dan buah-buahan.
Pembuatan Integrated Farming System
Faktor-faktor yang dibutuhkan untuk mendesain Integrated Farming System :
1. Modal
- Modal meliputi modal teknis dan non teknis. Modal teknis meliputi biaya pembuatan kandang, harga tanah untuk lahan tanam dll. Peternak dapat meninjau keadaan lingkungan untuk kandang, ketersediaan air dll. Kemudian perlu diperhitungkan modal yang dibutuhkan, kapan modal akan kembali dan resiko yang akan dihadapi.
- Modal non teknis menyangkut perizinan usaha karena integreted farming system merupakan gabungan pertanian, peternakan dan perikanan.
2. Tenaga kerja
Dibutuhkan tenaga kerja sesuai besarnya usaha yang direncanakan.
3. Teknologi
Penggunaan teknologi yang baik akan berpengaruh terhadap modal dan tenaga kerja.
4.Keuntungan
Keuntungan bersih diperoleh dari selisih antara biaya dan pendapatan kotor.Perhitungan biaya berdasarkan kegiatan produksi yaitu biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang harus dikeluarkan meski usaha sedang tidak berjalan misalnya penyusutan kandang, retribusi dll, biaya variabel yaitu biaya yang jumlahnya mengikuti volume produksi misalnya biaya pakan, - pupuk, obat-obatan dsb. Biaya tetap dan biaya variabel merupakan biaya total.
Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini, kepada Allah saya memohon ampun jika ada salah. Wallahu a’alm bish shawab.
Referensi : Kuliah Mix Farming