Manis Tebu Blogs - Merawat Tebu ala Petani Berdasi

Rezeki Allah yang atur, namun tetaplah berusaha memperoleh hasil yang terbaik. Ayo jadi petani berdasi, yang mengerti akan teori dan menerapkannya dengan hati-hati...


Langkah Sukses!

  • Pantang Menyerah
  • Senantiasa belajar
  • Syukuri apa yang ada dengan Rajin Beribadah

Jumat, 18 Oktober 2013

// // Leave a Comment

Integrasi Budidaya Tanaman Tebu dan Ternak Sapi agar Saling Menguntungkan

antarafoto-1350715822-Sistem pertanian terpadu merupakan penggabungan semua komponen pertanian dalam suatu sistem usaha pertanian terpadu. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan. Di Indonesia model ini masih sebatas wacana karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat dan diperlukan modal yang cukup tinggi. Padahal usaha ini sangat cocok dilakukan di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan limpahan sinar matahari sepanjang tahun dan curah hujan tinggi. Beberapa diversifikasi pertanian terpadu seperti minapadi dan longyam mengadopsi model pertanian terpadu.

 

Salah satu sistem pertanian terpadu pada kegiatan budidaya tanaman tebu adalah dengan mengintegrasikannya dengan peternakan sapi. Selain itu, dapat dikembangkan lagi dengan melibatkan peternakan cacing tanah dan produksi biogas. Hasil kegiatan budidaya tebu akan memberikan sisa hasil berupa ampas tebu, tetes dan daun saat panen. Ampas tebu selain digunakan sebagai bahan bakar pemasak di pabrik gula juga dapat digunakan untuk briket, bahan baku pulp, bahan kimia (xylitol,methanol dan metana) dan bioetanol melalui fermentasi.

  sapi3

Tetes tebu merupakan sumber energi bagi pakan ternak. Penambahan 5% tetes tebu dalam pakan akan menaikkan berat badan sapi karena meningkatkan jumlah energi dalam pakan dan cita rasa. Pada industri pakan, tetes tebu juga digunakan sebagai pembentuk pellet (pellet binder).

Pada sistem ini kotoran sapi juga berfungsi sebagai media pembiakkan cacing tanah dan bahan baku biogas. Pembiakkan cacing tanah dilakukan 40 hari kemudian dapat dipanen. Media pembiakkan cacing tanah juga bernilai ekonomi dan disebut vermikompos. Dari 100 kg media pembiakkan dapat diperolah 70 kg vermikompos. Vermikompos mengandung phosphor (0,6 – 0.7%), kalium (1,6 – 2,1%),nitrogen total (1,4 – 2,2%), C/N rasio (12,5 – 19,2), magnesium (0,4 – 0,95%), calsium (1,3 – 1,6%), pH 6,5 – 6,8 dan kandungan bahan organik 40,1 – 48,7%. Vermikompos dan pupuk kompos dari biogas dapat digunakan untuk pupuk bagi tanaman tebu dan buah-buahan.

 

Pembuatan Integrated Farming System

Faktor-faktor yang dibutuhkan untuk mendesain Integrated Farming System :

1. Modal

  • Modal meliputi modal teknis dan non teknis. Modal teknis meliputi biaya pembuatan kandang, harga tanah untuk lahan tanam dll. Peternak dapat meninjau keadaan lingkungan untuk kandang, ketersediaan air dll. Kemudian perlu diperhitungkan modal yang dibutuhkan, kapan modal akan kembali dan resiko yang akan dihadapi.
  • Modal non teknis menyangkut perizinan usaha karena integreted farming system merupakan gabungan pertanian, peternakan dan perikanan.

2. Tenaga kerja

Dibutuhkan tenaga kerja sesuai besarnya usaha yang direncanakan.

3. Teknologi

Penggunaan teknologi yang baik akan berpengaruh terhadap modal dan tenaga kerja.

4.Keuntungan

Keuntungan bersih diperoleh dari selisih antara biaya dan pendapatan kotor.Perhitungan biaya berdasarkan kegiatan produksi yaitu biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang harus dikeluarkan meski usaha sedang tidak berjalan misalnya penyusutan kandang, retribusi dll, biaya variabel yaitu biaya yang jumlahnya mengikuti volume produksi misalnya biaya pakan, - pupuk, obat-obatan dsb. Biaya tetap dan biaya variabel merupakan biaya total.

 

Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini, kepada Allah saya memohon ampun jika ada salah. Wallahu a’alm bish shawab.

Referensi : Kuliah Mix Farming

Read More
// // Leave a Comment

Metode Pembibitan Single Bud Planting Model Columbia

Dalam pelaksanaan magang, kegiatan budidaya petani yang dilaksanakan adalah pembibitan dengan metode single buds yang sudah berjalan sejak sekitar dua tahun yang lalu. Berikut langkah-langkahnya:

a. Pembuatan Bedengan

Pembuatan bedengan dibuat miring salah satu sisi panjangnya yang bertujuan untuk memperlancar proses drainase pada bedengan jika dalam bedengan terjadi kelebihan air.

Ukuran bedengan :

- Panjang : 7 meter

- Lebar : 1 meter

- Tinggi : 10 cm

- Tebal Bantalan/Lalahan : 4 cm

- Tebal Tanah Media : 5 cm

- Tebal Tanah Media Penutup : 1 cm

clip_image002

Gambar 1. Bedengan

 

b. Kletek Bibit

- Sumber bibit harus jelas (Bersertifikasi)

- Asal bibit berasal dari koleksi KBP, KBN, KBI, dan KBD

- Bibit yang dikletek harus langsung diseleksi untuk menjaga kemurniannya dan disortasi, manakala terdapat bibit yang tercampur disendirikan.

clip_image004

Gambar 2. Kletek Bibit

 

c. Bor Mata Bibit

- Bibit yang sudah dikletek diambil mata tumbuhnya dengan cara dibor dengan diameter ± 2-3 cm tergantung mata bor yang dipergunakan.

- Bibit dipotong menjadi 3 bagian (Pucuk, Tengah, Bawah/Bongkot) dan dipisahkan perbagian untuk mempermudah sortasi.

- Dalam proses pengambilan/pengeboran mata bibit diusahakan posisi mata tetap berada di tengah.

clip_image006

Gambar 3. Pengambilan Mata Bibit

 

d. HWT (Hot Water Treatment)

- Mata bibit yang telah di bor dikumpulkan dan dimasukan kedalam jaring (waring)

clip_image007

Gambar 4. Mata Bibit dalam Jaring

- Direndam dan dibersihkan dengan menggunakan air dingin untuk menghilangkan kotoran, sehingga tidak menghambat proses HWT.

clip_image008

Gambar 5. Pembersihan Kotoran

- Setelah dibersihkan dengan menggunakan air dingin tahap selanjutnya mata bibit direndam dengan menggunakan air panas dengan suhu ± 51°C selama 30 Menit, untuk indikator suhunya dengan menggunakan termometer yang dipasang pada drum.

clip_image009

Gambar 6. Perendaman dalam Air Hangat (HWT)

- Setelah dilakukan perendaman dengan menggunakan air panas, mata bibit direndam dalam larutan Seed Treatment Insektisida (Cruiser 350 FS) selama ± 10 Menit.

clip_image010

Gambar 4.7. Perendaman menggunakan Insektisida

- Setelah melalui tahapan perendaman Seed Treatment Insektisida selanjutnya mata bibit kembali direndam dalam larutan Zat Pengatur Tumbuh + Fungisida (Atonik) selama ± 10 Menit.

 

e. Sterilisasi Tanah/Media

- Tanah/media tanam adalah campuran antara kompor dan tanah dengan perbandingan 50 : 50, dicampur lalu diayak agar didapatkan campuran kompos dan tanah yang lembut

- Tanah/media hasil ayakan dimasukan kedalam karung, yang selanjutnya akan dikukus/dimasak seperti memasak nasi dalam dandang dengan suhu 100°C, selama ± 45 menit.

- Sterilisasi tanah dilakukan guna menghambat/mematikan biji-biji/benih-benih gulma dalam tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan mata bibit.

- Untuk pemanasannya bisa menggunakan kompor gas atau menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu atau briket batu bara.

- Untuk kontrol dan indikator suhu dipasang termometer 110°C pada drum/dandang.

 

f. Penanaman/Tanam

- Bedengan yang telah dibuat bantalan/lalahan dengan tebal ± 4 cm, lalu ditutup/dibungkus dengan menggunakan mulsa platik TS hitam sebagai pembatas bantalan/lalahan dengan tanah media di atasnya.

- Setelah di tutup mulsa plastik, bdengan diisi dengan tanah yang sudah dikukus/yang sudah disterilisasi dengan ketebalan ± 5 cm.

- Setelah bedengan diisi media tanah yang sudah disterilisasi, mata bibit ditanam dan diletakkan dengan jarak antar bibit 2 x 2 cm atau 3 x 3 cm, setelah itu mata bibit ditutup dengan tanah yang sudah disterilkan dengan ketebalan ± 1 cm (merem melek).

clip_image011

Gambar 8. Bedengan yang telah ditanami

- Perawatan yang dilakukan yaitu dengan cara menyiram mata bibit dalam bedengan 1 hari 2 kali (pagi dan sore) hari.

clip_image012

Gambar 9. Perawatan Bibit

-      (Tanaman umur ± 5-7 hari HST)

 

g. Transplanting ke Pot Tray

- Transplanting mata bibit dari bedengan ke pot tray dilakukan setelah mata bibit berumur ± 10-15 HST (Hari Setelah Tanam) atau tanaman mempunyai ± 2 helai daun.

- Pengambilan mata bibit dilakukan satu per satu dengan menggunakan bambu yang sudah kita design sedemikian rupa guna mempermudah pengambilan bibit dalam bedengan.

- Bibit yang sudah ditransplanting kedalam pot tray disiram dan selanjutnya ditempatkan diatas mulsa plastik/rak agar perakaran tidak menembus tanah.

- Pemeliharaan bibit dalam pot tray yaitu disiram 1 hari 2 kali (pagi dan sore hari), serta dilakukan pemupukan yang dilarutkan dalam air dengan dosis 2 gram/m² pot tray setiap 4-5 hari sekali.

- Setelah bibit berumur ± 2 – 2,5 bulan sudah bisa ditransplanting ke lahan/kebun.

clip_image013

Gambar 10. Tanaman umur ± 10 – 15 HST

clip_image014

Gambar 11. Pemindahan Bibit umur ± 10 – 15 HST ke Pot Tray

clip_image015

Gambar 12. Bibit umur 2 – 2,5 bulan (siap untuk ditransplanting)

clip_image017

Gambar 13. Bibit umur 3 – 5 bulan (sudah ditransplanting ke lahan/kebun)

Read More

Selasa, 18 September 2012

// // Leave a Comment

Macam Bibit Tanaman Tebu


Bibit adalah bahan tanam yang digunakan untuk penanaman tebu. Bibit yang digunakan untuk penanaman tebu ada beberapa jenis, yaitu diantaranya:


a.       Bibit Bagal
Bibit yang berasal dari kebun bibit yang terdiri atas bagal mata dua dan bagal mata tiga khusus untuk lahan kurang air.
b.      Bibit Dederan
Bibit yang berasal dari hasil persemaian (jawa = Dederan) stek-stek batang yang dibuat dengan maksud antara lain:
1.    Memperbesar penangkaran
2.    Untuk tempat pertumbuhan peralihan bahan bibit yang telah cukup umur sambil menunggu penyiapan lahan untuk tanam.
3.    Memperkecil resiko penyulaman karana pada umumnya bibit yang berasal dari bibit dederan langsung dapat tumbuh.
4.    Sebagai bahan tanam sulam yang tanaman mati.
c.       Bibit Rayungan
Bibit yang berasal dari kebun bibit terbagi atas rayungan bermata satu dan rayungan bermata dua, digunakan untuk tanaman di lahan basah dengan pengairan cukup. Namun keberadaannya sekarang sudah jarang digunakan dikarenakan jarak antara kebun bibit dan kebun tebu giling yang jauh menyebabkan tingkat kerusakan tinggi serta ketersediaan air yang kurang.
d.      Bibit Ceblokan
Sepintas bibit ini sama dengan bibit rayungan. Perbedaannya bibit ceblokan berasal dari stek batang dengan beberapa mata yang ditanam tegak lurus pada papan tanam yang cara penyiapannya sama dengan bibit dederan namun dibuat lebih tebal. Dengan demikian akar stek batang yang ditanam cepat tumbuh dan berkembang sehingga mempercepat bertunasnya mata di buku-buku ruas batang tersebut.
Kondisi kebun bibt harus dijaga agar tetap lembab. Untuk memacu pertumbuhan, dapat dipupuk secukupnya. Selanjutnya perawatan seperti bibit rayungan.


e.       Bibit Pucukan
Bibit yang diambil dari pucuk tanaman tebu giling pada saat tebang. Bibit dipotong dari pucuk sepanjang 30-40 cm (3-4 mata). Kebun yang diambil pucuknya murni dan sehat. Bibit jenis ini digunakan jika kekurangan bibit dari KBD.
Selain beberapa macam bibit tersebut, seiring perkembangan zaman, banyak jenis bibit yang digunakan untuk bahan tanam tebu seperti Single Bud, Bud Chip, Bud Shed, dan Kultur Jaringan.
Read More
// // Leave a Comment

Proses Kehidupan Tanaman Tebu

Teknik Budidaya Tebu harus memperhatikan kondisi sumber daya alam yang secara langsung dan tidak langsung akan berpengaruh pada produktivitas tanaman tebu. Sumber daya alam jika dikaitkan dengan aktivitas pertumbuhan tebu dan fisiologi tanaman sangatlah berpengaruh khussunya pada fase-fase tertentu. Terdapat lima fase pertumbuhan tebu, yaitu :
1.      Fase Perkecambahan
Fase perkecambahan adalah perubahan mata tunas tebu yang dorman menjadi aktif menjadi tunas tebu muda atau kecambah. Kebutuhan ekstrinsik yang diperlukan yaitu O2, air, dan sinar matahari sedangkan kebutuhan intrinsik seperti hormon sudah tersedia di dalam stek. Proses perkecambahan berlangsung 4 sampai 6 minggu. Perkecambahan yang baik berarti modal pokok dalam budidaya tebu dan tunas kecambah akan dianggap memadai bila ada 3-4 kecambah per meter juringan.
2.      Fase Pertunasan
Proses  keluarnya tunas-tunas/anakan dari pangkal tebu muda mulai berlangsung pada umur 1,5 bulan sampai umur 3-4 bulan tergantung dari varietasnya. Proses pertunasan membutuhkan air, sinar matahari, oksigen, hara N dan P. Pertunasan yang baik terjadi jika setiap rumpun terdiri dari 1 batang induk tebu dengan 4-6 tunas anakan.
3.      Fase Perpanjangan Batang
Pada fase ini biomassa tebu bertambah secara eksponensial dengan daun bertambah banyak, batang membesar diameternya, dan terutama batang bertambah panjang dengan menumbuhkan ruas-ruasnya. Fase perpanjangan batang atau pertumbuhan besar berlangsung selama 6 bulan.
4.      Fase Pengisian Gula
Fase ini dikenal dengan fase kemasakan karena proses pengisian gula hasil fotosintesis yang terjadi lebih besar daripada perombakan gula untuk pertumbuhan vegetatif tebu. Pada fase ini air di tanah harus sudah menipis sampai habis, kadar N di tanah sudah habis dan atau beda suhu udara malam-siang besar sekali. Kondisi lingkungan ini biasanya terjadi di akhir musim hujan yakni Mei sampai Juli. Sedangkan sumber sinar matahari harus penuh menyinari tajuk tebu. Jika kondisi yang diharapkan tidak terjadi maka dapat diberikan zat pemacu kemasakan.
5.      Fase Kematian
Fase ini dapat datang lebih awal atau bahkan tidak terjadi sama sekali, bergantung pada keterdiaan air di tanah. Pada fase ini tebu mulai kekurangan nira dan air dalam tubuhnya sehingga berat dan rendemennya menurun. Upaya untuk mencegah berlanjutnya fase ini adalah dengan pengairan yang ditujukan untuk mempertahankan batang-batang tua yang mengalami dehidrasi.
Read More

Rabu, 01 Agustus 2012

// // Leave a Comment

Morfologi Mata Tunas Tebu

Yang  dimaksud   dengan  mata  ialah  kuncup  tebu  yang  terletak  pada  buku - buku ruas  batang. Kuncup - kuncup  ini dari arah  pangkal  ke  ujung  batang tertanam disebelah   kanan  dan kiri  berganti - ganti dan selalu  terlindungi oleh  pangkal  pelepah daun.  Yang  perlu  diperhatikan  dalam   mempelajari  tanda - tanda  pengenal  yang terdapat  pada  mata, ialah  tepi  sayap  mata, rambut  jambul  dan  rambut  tepi basal mata,  seperti  dijelaskan  dalam  Gambar 2.4  yang menjelaskan bagian-bagian dari mata tunas tanaman Tebu.
a.      Tepi sayap mata
 Tepi sayap mata dapat dinyatakan rata atau bergerigi. dinamakan rata (Gambar 2.13), apabila pada tepi sayap tersebut terdapat lekukan-lekukan /gerigi yang panjangnya kurang dari ¼  panjang sayap mata. Sebaliknya dinamakan  bergerigi  ( Gambar 2.14 ), apabila pada tepi sayap mata tersebut terdapat lekukan-lekukan /gerigi yang panjangnya lebih dari  ¼ panjang sayap mata.
 a.      Rambut jambul mata
Pada bagian belakang puncak mata, adakalanya terdapat kelompok rambut yang menonjol ke atas hingga merupakan suatu jambul. 
Yang perlu diperhatikan ialah mengenai  :
-       Ada atau tidaknya rambut-rambut itu  (Gambar 2.15 dan 2.16).
-       Tinggi penonjolan rambut jambul lebih atau kurang dari  2 mm  (Gambar 2.15).
a.      Pita  rambut  tepi  basal  mata
Yang dimaksud  dengan pita rambut tepi basal mata, ialah rambut-rambut yang merupakan pita, berada pada tepi bagian basal / bawah, yang membentang dari titik terbawah mata hingga  pertengahan jalan ke sudut-sudut sayapnya (Gambar 2.17 dan 2.18).
Yang perlu diperhatikan  adalah  :
-       Ada atau tidaknya pita rambut tersebut.
-       Pertumbuhan melebarnya.
Pita rambut tepi basal mata dikatakan dengan pertumbuhan sempit (Gambar  2.17), apabila lebarnya kurang dari 1 mm. Dinamakan lebar (Gambar 2.18), apabila lebar pita lebih dari  1  mm.

Read More
// // 2 comments

Morfologi Batang Tebu


Batang tebu tersusun dalam ruas-ruas, diantara ruas-ruas tersebut terdapat buku-buku ruas dimana terletak mata yang dapat tumbuh menjadi kuncup tanaman baru. Disamping itu terdapat mata akar  tempat keluarnya akar untuk kehidupan kuncup tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal yang terdapat pada batang, ialah terutama bentuk ruasnya, disamping itu juga sifat-sifat yang terdapat pada ruas itu sendiri sebagai keterangan tambahan, seperti dijelaskan dalam Gambar 2.3 yang menjelaskan bagian-bagian dari batang tebu.
a.      Bentuk dan susunan ruas batang
Yang dimaksud dengan bentuk ruas disini kecuali dapat dibedakan atas  enam bentuk pokok, juga bentuk pada potongan penampang melintang ruas. Keenam bentuk-bentuk pokok tersebut ialah  silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik dan  cembung-cekung . Sedangkan    bentuk   penampang   melintang   dibedakan  atas  bulat  ( gilig )  dan     pipih  ( gepeng ). Mengenai susunan ruas, dapat lurus dan berbiku  ( zig-zag ) seperti ditunjukkan  dalam gambar 2.10.

Read More
// // Leave a Comment

Morfologi Daun Tebu

Daun   tebu  merupakan  daun  tidak lengkap,  yang  terdiri  dari  helai daun dan pelepah  daun  saja, sedang  tangkai daunnya  tidak  ada. Diantara  pelepah daun dan helai daun bagian sisi luar terdapat sendi segitiga daun, sedang pada bagian sisi dalamnya terdapat  lidah  daun. Yang  perlu diperhatikan dalam  mempelajari  tanda  pengenal  yang terdapat pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya terutama bulu-bulu bidang punggung dan telinga dalam seperti dijelaskan dalam pada gambar 2.1 yang menunjukkan gambar Letak Bulu/Rambut pada Daun dan 2.2 yang menunjukkan gambar Daun dengan Bagian-Bagiannya.
 
a.      Bulu bidang punggung
Yang  dimaksud dengan bulu bidang punggung yang selanjutnya disebut bidang punggung ialah kelompok bulu yang terdapat pada bagian tengah punggung pelepah daun sebelah luar.
Yang perlu diperhatikan ialah  :
-       Ada atau tidaknya bulu bidang punggung tersebut
-       Pertumbuhan kelompok bulu apakah sempit atau lebar serta mencapai puncak pelepah atau tidak
-       Kedudukan bulu-bulu berdiri atau rebah.
-                   Ukuran panjang bulu-bulu tersebut
Bulu bidang punggung dinamakan sempit (Gambar 2.3), apabila pertumbuhan kelompok bulu itu lebarnya kurang dari  1/4  lebar pelepah daun. Dinamakan lebar (Gambar 2.4), apabila pertumbuhan bulu-bulu itu lebarnya  lebih dari  1/4  lebar pelepah daun.
 
a.      Telinga  dalam  pelepah  daun
Yang dimaksud dengan telinga  daun  ialah tonjolan di sebelah atas tepi pelepah daun. Sedangkan  telinga dalam ialah telinga pelepah daun sebelah dalam.
Yang perlu diperhatikan  ialah  :
-       Ada atau tidak adanya telinga dalam tersebut.
-       Pertumbuhan tinggi telinga  apakah kuat, sedang atau lemah
-       Kedudukan telinga dalam tersebut apakah serong atau tegak
Klon tebu dikatakan  bertelinga, apabila tinggi telinganya lebih panjang atau atau sama dengan lebarnya  (Gambar 2.5 s.d 2.7). Sebaliknya dikatakan tidak bertelinga, apabila tinggi teling lebih pendek  dari pada lebarnya  (Gambar 2.8).
Kedudukan telinga dikatakan serong  (Gambar 7), apabila tepi pelepah daun dan tepi luar telinga merupakan suatu garis lengkung atau membuat sudut. Kedudukan telinga dikatakan tegak (Gambar 8), apabila tepi pelepah daun dan tepi luar telinga merupakan garis lurus.
Pertumbuhan telinga dikatakan kuat  (Gambar 7), apabila tinggi teling  3 kali atau lebih dari pada lebarnya,  dikatakan  sedang  (Gambar 8), apabila tinggi telinganya lebih dari  1  sampai  3 kali lebarnya, sedangkan  pertumbuhan  telinga  dikatakan  lemah  (Gambar 9), apabila tinggi telinganya sama dengan lebarnya.
  


Sumber : Sugiyarta, Eka. Pengenalan dan Identifikasi Varietas Tebu. (tidak diterbitkan). Hal. 3-12.
Read More